Selasa, 01 Januari 2013

SEJARAH LEMDIK POLRI

Sejarah pendidikan Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan Polri itu sendiri. Untuk melihat sejarah berdiri dan berkembangnya pendidikan Polri, banyak melalui perjalanan sejarah yang panjang hingga terbentuknya Kepolisian di Negeri ini, adapun sejarah singkat berdirinya Lemdik Polri dimulai dari sejarah pendidikan polisi dari masa ke masa, sebagai berikut :

1. PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA

Pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda membuka pendidikan untuk Agen Polisi (Politie Agent) di Batavia Semarang dan Surabaya. Pendidikan Kepolisian ini bertujuan untuk menambah personel Polisi di tempat masing-masing. Pada tahun 1914 pendidikan polisi di Semarang dan di Surabaya dihapuskan, kemudian untuk Agen Polisi dan Inspektur polisi dibuka pula pendidikan untuk Aspirant Commissaris van Politie (Komisaris Polisi).
Pada tahun 1918 di Batavia dibuak lagi secara lebih teratur pendidikan Aspirant Commissaris van Politie. Dengan demikian beberapa tingkat pendidikan kepolisian dilaksanakan di Batavia dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Pada tahun 1920 pusat pendidikan kepolisian di Batavia dipindahkan dari jalan Kuini ke Jalan Jatibaru. Pendidikan untuk Inspektur Polisi dan Komisaris Polisi diutamakan untuk orang-orang Belanda. Hal ini didasarkan atas pertimbangan jabatan, pangkat-pangkat menengah dan tinggi untuk orang Eropa. Pusat kegiatan kursus dan pendidikan Kepolisian pada tahun 1920 dipindahkan dari Batavia ke Buiten Zorg (Bogor) dengan pusat pendidikan diberi nama Opledings School voor Het Personeel der Algemene Politie. Bersamaan dengan itu dibuka pendidikan Hopagen Polisi (Hoofdagent van Politie).


Pada tahun 1925 Sekolah Polisi di Bogor dipindahkan ke Sukabumi dan di tempat baru dilaksanakan Pendidikan Calon Perwira Kepolisian untuk tingkat Komisaris Polisi, Inspektur Polisi dan Hopagen Polisi. Untuk pendidikan Aspiran Commissaris van Politie hanya beberapa orang pribumi saya yang dapat diterima, diantaranya adalah R. Ating Natakusumah, R.Asikin Natanegara, angakatan II, dan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kepala Kepolisian RI yang pertama), angkatan VII, diterima menjadi siswa pada tahun 1930, lama pedidikan 3 tahun, setelah lulus diangkat dengan pangkat Aspiran Komisaris Polisi Klas III.


Oleh karena itu,bagi orang pribumi sangat sulit untuk dapat masuk pendidikan tersebut, walaupun sudah mempunyai persyaratan lengkap yang sudah ditentukan. Selain itu harus diteliti dahulu silsilah keturunan dari para calon, yang diutamakan adalah kesetiannya pada pemerinah Hindia Belanda. Di samping itu harus ada orang-orang atau penting atau terkemuka yagn bertindak sebagai sponsor untuk memberi rekomendasi setelah melewati seleksi yang ketat. Di samping itu diselenggarakan pendidikan khusus utuk Mantri Polisi, Posthuis Komandan, Reserse dan Agen Polisi. Waktu kepindahan ini Sekolah Polisi Sukabumi bernama Centraal Depot van de Gewapende politie te Sukabumi berfungsi khusus untuk mendidik Agen Polisi yang nantinya ditugaskan di Luar Jawa, yakni di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Setelah itu kota Sukabumi menjadi pusat pendidikan kepolisian di Hindia Belanda, meliputi cabang-cabang pendidikan untuk :
Sekolah Commissaris van Politie
Sekolah Inspecteur van Politie
Sekolah Posthuis Commandanten
Sekolah Rekruten en Hershooling Corps Mar-chausse
Kemudian Sekolah Polisi Sukabumi berganti nama dengan Opleidings School voor het Personeel der Politie, dan juga dibuka Pendidikan Inspecteur van Politie Angkatan IV diantaranya terdapat dua orang siswa Indonesia yang mengikuti pendidikan ini dan dalam angkatan berikutnya hanya ada seorang siswa Indonesia. Lamanya pendidikan adalah satu tahun. Mata pelajaran (Kurikulum) yang diberikan meliputi pelajaran tentang :
Politie
Ordonantie
Hukum Adat
Pengadilan
Proses verbal
Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana
Kriminologi
Daktiloskopi
Bahasa Belanda
Bahasa Melayu
Bahasa Jawa
Baris berbaris
Motor Rijden (mengemudi sepeda motor)
Tehnik Motor

2. PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945)
Pada Tahun 1942 didirikan Sekolah Polisi di Jakarta, dan pada tahun ini pula dipindah ke Bogor, Jawa Barat yang akhirnya tahun 1943 didirikan Jawa Keisatsu Gakko di Sukabumi yang dipimpin oleh Raden Said Sukanto Tjokrodiatmojo. Untuk Jawa Keisatsu pendidikannya dilakukan terpusat di Sekolah Polisi Sukabumi. Pendidikan dibagi 2 bagian, yakni : Bagian rendah (Futsuka) dan Bagian Tinggi (Koto-ka). Pada Bagian rendah mendidik calon Jiansha (Agen Polisi), yang dapat diterima menjadi murid bagian ini adalah pemuda-pemuda yang tamat dari Sekolah Rakyat. Bagian tinggi menghasilkan Junsha-butyo, kemudian dalam waktu 6 bulan praktek di lapangan bisa menjadi Nitto kebuho, yang bisa diterima pada Bagian Tinggi adalah mereka yang mempunyai ijasah Sekolah Menengah Pertama, dan yang tamat dari Bagian Rendah.
Pada waktu proses belajar mengajar banyak Junsha, keluaran Bagian Rendah, yang mengikuti pendidikan pada Bagian Tinggi dapat menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat memuaskan. Pendidikan Bagian Tinggi (Kotoka) angkatan I, III sampai dengan angkatan V memang diambil dari lulusan SMP, tetapi khusus Kotoka angkatan II diambil dari lulusan SMA Jepang dan hanya berjumlah 27 orang, dari SMA Belanda tidak diterima. Selain pendidikan Kotoka lebih dari 100 orang siswa. Bagian Tinggi menghasilkan 390 orang Tenaga Kader dalam 5 Lulusan.
Selain mendidik calon pegawai polisi, dilaksanakan pula latihan-latihan khusus selama 1 sampai 2 bulan bagi Kader dan Pangkat Pembantu Inspektur Polisi ke atas. Selama latihan para pegawai memperoleh pelajaran tentang :
Perang rahasia (himitsu sen)
Ekonomie dikendali (Tosei keizai)
Hukum kriminal dari Pemerinahan Bala tentara (Gunsei keidjirei).

Kepolisian di Pulau Sumatera, pendidikannya dipusatkan pada Sekolah Polisi di Padang, yang dibagi dalam 2 bagian yakni Bagian Rendah dan Bagian Tinggi. Dalam pendidikan diberikan latihan selama 6 bulan secara bergantian. Pada tahun 1942 dikirim 100 orang Pegawai Polisi dari berbagai pangkat dari Sumatera ke Singapura untuk menempuh latihan, kemudian diteruskan tahun 1943 dari Jawa dikirim 10 orang Kader Polisi ke Formosa (Taiwan) untuk mempelajari Kepolisian Jepang. Dan tanggal 29 September 1945 ditunjuk Wakil Sekolah Polisi ini Komisaris Polisi Bustami Aman, lalu tanggal 1 Oktober 1945 dijadikan hari lahirnya Sekolah Polisi Negara Republik Indonesia di Sukabumi, terdiri dari pelajaran pokok tentang Perang Rahasia (Luinibsu Sen), Ekonomi (Tososikaitai), dan Hukum Kriminal (Gunsai Kaidjiroi).
Tahun 1946 R.SOEBARKAH yang lahir di Slawi (7 November 1902), dimana pada saat itu beliau menjabat sebagai Bupati Kudus mendapat tugas menjadi Direktur Sekolah Polisi Negara (SPN) di Mertoyudan, Jawa Tengah. Namun Pada bulan Juli 1947 terjadi Agresi Mileter Belanda, membuat kegiatan SPN terhenti. R.Soebarkahpun ditugaskan ke Yogyakarta dan membuka kembali SPN dengan menggunakan rumah peristirahatan Sri Sultan Hamengku buwono IX di Ambarukmo, Yogyakarta. Pada tanggal 30 April 1950 SPN dipindahkan ke Sukabumi, Jawa Barat dan R.Soebarkah ditunjuk sebagai direkturnya. R.Soebarkah membentuk dasar-dasar Pendidikan Kepolisian ketika pada tahun 1951 ia mendapat tugas sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kepolisian Negara Jawatan Kepolisian Negara dan sekretaris Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, dengan tetap menjabat sebagai Direktur SPN Sukabumi.

3. SEJARAH BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI


Dengan SK Men/KKN tanggal 30 Desember 1961 No.Pol. : 62/SK/MK/61 dan SK Men/KKN tanggal 23 Mei 1961 No.Pol.: 24/SK/MK/61, SK MEN/KKN tanggal 26 Juni 1961 No.Pol.: 37/SK/61 dan SK MEN/KKN tanggal 11 Mei 1962 No.Pol.: 36/SK/62 serta SK MEN/KKN tanggal 14 Juli 1962 dibangun 26 SPN di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kepolisian No.13 Tahun 1961 yang menetapkan Departemen Kepolisian berdiri sendiri yaitu Angkatan Kepolisian Republik Indonesia maka Sekolah Polisi Negara (SPN) berubah menjadi SAK dan tanggal 1 Oktober 1965 berubah menjadi AAK.
Dengan SK MEN/Pangab tanggal 11 Agustus 1964 No.Pol. : 42/SK/MK/1964 SAK dirubah menjadi Departemen Pendidikan dan Pelatihan (DEPLAT) yang pimpinannya disebut KOMANDAN (DAN) DEPLAT.
Dengan SK MEN/PANGAB tanggal 23 Maret 1966 No.Pol.: 26/SK/MK/1966 terjadi perubahan nama DEPLAT menjadi Pusat Pendidikan (PUSDIK) seperti Pusdikhub, Pusdik Brimob, Pusdik Polri Candi, Pusdik Airud, Pusdikmat Cipinang, Pusdik Pol Cipinang dan Kursus Mengajar Tetap.
Berdasarkan Keputusan Menteri/Pangab No.Pol.: 79/BK/MK/65 tanggal 21 Juli 1965 didirikan Komando Pendidikan dan Latihan Kepolisian RI (KOPLAKRI) dengan menunjuk Brigadir Jenderal Soeprapto sebagai Komandannya.
Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/09/X/1984 tanggal 10 Oktober 1984 terjadi perubahan nama dari KOPLAKRI menjadi KOBANGDIKLAT Polri dengan sebutan Dan Jen sebagai pimpinannya.
Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/09/X/1984 tanggal 30 Oktober 1985 tentang Pokok-pokok organisasi dan prosedur badan-badan pada tingkat Mabes Polri, KOBANGDIKLAT berubah menjadi Direktorat Pendidikan Polri (DIT DIK POLRI) yang pimpinannya disebut Direktur Pendidikan Polri (DIRDIK POLRI).
Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/II/XII/1993 tanggal 31 Desember 1993 tentang Pokok-pokok organisasi dan prosedur badan-badan pada tingkat Mabes Polri, menyebutkan bahwa Dir Dik Polri dilebur menjadi LEMDIKLAT POLRI yang dipimpin oleh Kalemdiklat Polri.
Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/202/I/1993 tanggal 31 Januari 1995 tentang ditetapkannya tanggal 10 Februari 1993 sebagai mulai berdirinya Lemdiklat Polri.
Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/11/VI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Likuidasi Lemdiklat Polri dan Pengesahan DEDIKLAT POLRI.
Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Susunan organisasi dan Tata kerja satuan-satuan pada tingkat Mabes Polri serta perubahannya Dediklat Polri menjadi Lemdiklat Polri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 52 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara RI menyebutkan bahwa organisasi Lemdiklat Polri berubah menjadi Lembaga Pendidikan Polri disingkat LEMDIKPOL bermarkas di Jl. Ciputat Raya No.40 Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta selatan, yang dipimpin seorang jenderal berbintang tiga.

SUMBER REFERENSI : zAzg NUSANTARA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar